Kata Pengantar
Kajian Risiko Bencana telah dilakukan di Desa Gunung Malang Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombik Timur pada Tgl. 08 – 09 Nopember 2017.
Kajian ini menggunakan beberapa teknik dan metode, yaitu: Alur Sejarah Bencana, Kalender Musim, Pemetaan Lokasi Bencana, Penelusuran Wilayah Lokasi Bencana, dan Analisis Risiko Bencana. Jumlah peserta dari masyarakat yang hadir dalam kajian resiko bencana ini 20 orang (20 orang laki-laki dan 0 orang perempuan) yang mewakili masyarakat , serta tokoh-tokoh masyarakat (tokoh agama, pemuda, dan wanita).
Berdasarkan diskusi dari Alur Sejarah teridentifikasi 4 jenis bencana penting yang pernah terjadi di Desa Gunung Malang. Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya becana tersebut untuk dikaji lebih lanjut adalah: 1) Banjir, 2) Abrasi, 3). Kekeringan, 4). Wabah Penyakit Malaria
Sebelum kajian dimulai, fasilitator memberikan pemahaman tentang perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Masyarakat diajak berdiskusi tentang factor iklim, pemanasan global, gas rumah kaca, praktek-praktek masyarakat yang menyebabkan perubahan iklim dan dampak perubahan iklim. Melalui pemahaman ini masyarakat mudah menemu kenali bencana-bencana yang dirasakan. Bahkan masyarakat menyadari bahwa bencana yang dirasakan selama ini sebagian besar disebabkan oleh mereka sendiri.
Mengawali diskusi , fasilitator mengajak peserta untuk mengkaji mengenai alur Sejarah Bencana
Berdasarkan diskusi dari Alur Sejarah teridentifikasi 4 jenis bencana penting yang pernah terjadi di Desa Gunung Malang. Hasil pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya bencana tersebut untuk dikaji lebih lanjut adalah: 1) Banjir, 2) Abrasi 3) Kekeringan, 4) Wabah Penyakit Malaria. Tetapi karena keterbatasan waktu kajian maka hanya 3 jenis bencana yang dikaji bersama yaitu 1). Banjir, 2). Kekeringan 3). Abrasi.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dan cuaca ekstrim telah terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini telah menimbulkan berbagai kebingungan, baik di tingkat masyarakat maupun pemerintah. Perubahan tersebut telah berdampak pada perubahan musim yang tidak bisa diprediksi. Bagi masyarakat di Lombok yang mengandalkan sumber mata pencaharian pada sistem pertanian lahan kering, pergeseran waktu curah hujan dan intensitas hujan yang tidak menentu telah menyebabkan kegagalan panen (padi, jagung dan palawija lainnya) di mana-mana. Kegagalan panen tersebut telah mengancam ketahanan pangan di masyarakat dan juga penurunan sumber pendapatan petani dari hasil tanaman umur panjang.
Selain telah mengancam, perubahan iklim dan cuaca ekstrim yang terjadi pada beberapa tahun belakangan ini juga telah menimbulkan berbagai bencana, antara lain banjir, angin kencang, kemarau panjang dan longsor yang merusak lahan pertanian, pemukiman, infrastruktur, dan lain-lain. Bencana-bencana tersebut telah menjadikan masyarakat yang sudah cukup rentan, menjadi semakin rentan.
Perubahan iklim dan cuaca ekstrim sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh perilaku manusia yang kurang bersahabat dalam menjaga daya dukung lingkungan. Namun sayangnya, banyak masyarakat yang tidak memahami secara utuh tentang komponen-komponen iklim, perubahan-perubahan yang terjadi serta faktor-faktor yang telah menyebabkan perubahan tersebut. Karena ketidakpahaman tersebut, perilaku yang dikembangkan bahkan masih mengancam kelestarian lingkungan dan mendorong perubahan iklim yang lebih besar. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk membangun pemahaman bersama para pihak tentang iklim, perubahan yang terjadi, dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut.
Perlu juga dibangun pemahaman bersama bahwa penanggulangan bencana membutuhkan peran aktif berbagai pihak (pemerintah, LSM, organisasi masyarakat, dll) secara terpadu dan bersama-sama untuk melakukan tindakan – baik tindakan mitigasi maupun adaptasi – agar dampak negatif dari perubahan iklim dan bencana yang terjadi bisa diminimalkan.
Masyarakat perlu mengembangkan rencana aksi di tingkat desa guna menyikapi perubahan iklim, termasuk menurunkan risiko dan meningkatkan kapasitas masyarakat jika bencana-bencana yang diprediksikan benar-benar terjadi. Rencana aksi tersebut perlu dikomunikasikan secara aktif oleh masyarakat kepada pemerintah, dan pemerintah wajib merespon kebutuhan masyarakat tersebut. Dengan demikian, dapat meningkatkan ketahanan masyarakat dari sejak awal dan mencegah dampak yang lebih besar dari bencana.
Karena itulah dilakukan kajian perubahan iklim dan bencana yang melibatkan seluruh lapiasan masyarakat sehingga bisa membangun pemahaman bersama para pihak dalam menyikapi perubahan iklim dan penanggulangan bencana.
Tujuan
Kajian Perubahan Iklim dan Resiko Bencana ini bertujuan untuk:
- Membangun pemahaman masyarakat tentang iklim, proses perubahan iklim dan akibat yang ditimbulkannya.
- Mendapatkan impormasi tentang jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di desa selama kurun waktu sekitar 10 tahun terahir
- Melakukan kajian- kajian terhadap setiap jenis bencana yang pernah terjadi, yang meliputi : kemungkinan terjadinya lagi bencana tersebut, tingkat ancamannya, tingkat kerentenannya, serta kapasitas yang dimiliki dalam menghadapi setiap bencana .
- Membuat rencana aksi yang memungkinkan untuk dilaksanakan dalam menghadapi bencana baik secara swadaya maupun bantuan oleh pemerintah maupun pihak swasta (LSM)
- Membangun komitmen bersama untuk bekerjasama dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana
- Masyarakat lebih siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana
Keluaran
Keluaran yang ingin dicapai dari Kajian ini adalah:
- Tersedianya data/informasi mengenai berbagai jenis bencana yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak.
- Diketahui kemungkinan akan terjadinya bencana, ancaman serta kerawanan yang akan timbul bila terjadi bencana dan masyarakat mengetahui kemampuan yang dimiliki atau kapasitasnya dalam menghadapi setiap bencana.
- Adanya rencana aksi yang akan dilakukan oleh masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya bencana
- Adanya kesiapan masyarakat dalam membuat aturan-aturan dalam menangani bencana
- Ada komitmen bersama untuk membangun kerjasama dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
BAB II
PROFIL DESA GUNUNG MALANG
Gambaran Umum
Desa Gunung Malang merupakan salah satu desa dari 15 (Lima Belas) desa yang ada di wilayah adminstratif Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur dengan luas wilayah 44,90 km3, yang berupa tanah pertanian sedangkan sebagiannya berupa tegalan, pekarangan dan pemukiman penduduk, dengan tofografi berbukit. Terletak pada ketinggian 150/dpl, dengan tofografi berbukit dan bergelombang, serta iklim tropis yang memiliki 2 (dua) musim yaitu: musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata mencapai 923 mm/th terjadi pada bulan Januarir sampai Juni dan musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai Desember. Batas wilayah desa Gunung malang:
Sebelah Timur Berbatasan dengan Selat Alas
Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Puncak Jeringo
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Labuhan Pandan
Secelah selatan berbatasan dengan Desa Seruni Mumbul
Kondisi Geografis
|
||
No |
Uraian |
Keterangan |
1 |
Luas Wilayah |
44,90 km3 |
|
|
32,97 % |
2 |
Jarak Dari Kota Kecamatan |
10,0 km |
3 |
Jarak Dari Kota Kabupaten |
35 km |
4 |
Tinggi DPL |
150 |
5 |
Curah hujan |
923 |
6 |
Hari hujan |
79 |
Perangkat Desa
Uraian |
Jumlah |
Kepala Desa |
1 |
Sekretaris Desa |
1 |
Perangkat Desa |
7 |
BPD |
7 |
Kepala Dusun |
5 |
RT |
55 |
RW |
|
|
|
Jumlah penduduk di Desa Gunung Malang berjumlah 6.151 jiwa dengan 2.861 KK. Mayoritas adalah petani yang sangat tergantung pada curah seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
No |
Uraian |
Keterangan |
A |
Jumlah Penduduk Secara Umum |
|
1 |
Jumlah Penduduk |
6.151 jiwa |
2 |
Jumlah Penduduk Laki-laki |
3.014 jiwa |
3 |
Jumlah Penduduk Perempuan |
3.137 jiwa |
4 |
Kepadatan Penduduk |
132 jiwa/km2 |
|
Jumlah penduduk dispable |
- |
5 |
Jumlah KK |
2.861 KK |
|
Jumlah penduduk penerima jamkesmas/bpjs |
3092 |
6 |
prasejahtera |
1.62 KK |
|
Sejahtera 1 |
732 KK |
|
Sejahtera 2 |
422 KK |
|
Sejahtera 3 |
86 KK |
|
Sejahtera 3+ |
2 KK |
B |
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian |
|
1 |
Petani |
1.360 |
|
Buruh tani |
1.842 |
2 |
Peternak |
640 |
3 |
Nelayan |
225 |
4 |
PNS/Tentara |
6 |
5 |
Pensiunan |
- |
6 |
Lainya |
- |
C |
Jumlah Penduduk Menurut Agama |
|
1 |
Islam |
6.151 jiwa |
2 |
Katholik |
- |
3 |
Protestan |
- |
4 |
Hindu/Budha |
- |
5 |
Marapu |
- |
Sarana Infrastruktur Umum
Kondisi Sarana Infrastruktur Umum |
|
||
No |
Uraian |
Jumlah |
Keterangan |
1 |
Sekolah SD |
2 Unit |
Negeri |
2 |
MI |
3 unit |
swasta |
4 |
MTs |
3 Unit |
Swasta |
7 |
MA (Madrasyah Aliyah) |
2 Unit |
Swasta |
9 |
TK |
5 unit |
swasta |
10 |
Masjid |
8 unit |
Pembangunan Secara swadaya |
11 |
Musholla |
7 unit |
Pembangunan Secara swadaya |
12 |
CHC (Cumunity health Centre) PUSTU |
- |
- |
13 |
Poskesdes |
1 Unit |
- |
14 |
Posyandu |
7 unit |
- |
15 |
Kantor desa |
1 unit |
- |
16 |
Kantor Police |
- |
- |
17 |
Jalan desa jalan aspal |
64,35 km |
- |
18 |
jalan desa jalan tanah |
103,24 km |
- |
19 |
Sarana penerangan listrik |
- |
- |
20 |
Bendungan |
- |
- |
Pendidikan
Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Jenjang
Pendidikan di Desa Gunung Malang.
Uraian |
Sekolah |
Murid |
Guru |
|||
Negeri |
Swasta |
Lk |
Pr |
PNS |
Honor |
|
TK |
- |
5 |
301 |
- |
27 |
|
SD |
2 |
- |
245 |
197 |
18 |
7 |
MI |
- |
3 |
222 |
208 |
1 |
41 |
SMP |
- |
3 |
468 |
- |
74 |
|
MTs |
- |
3 |
157 |
155 |
- |
54 |
SMA |
- |
3 |
391 |
- |
70 |
|
MA |
- |
2 |
48 |
100 |
- |
48 |
Kondisi Sumber Daya Manusia |
|
|
|
||||
Aspek Indikator |
Jumlah |
|
|||||
Pendidikan |
|
Total |
L |
P |
|
||
SD |
442 |
245 |
197 |
|
|||
MI |
430 |
222 |
208 |
|
|||
MTs |
312 |
157 |
155 |
|
|||
MA |
148 |
48 |
100 |
|
|||
TK |
301 |
- |
- |
|
|||
Diploma |
- |
- |
- |
|
|||
S1 |
- |
- |
- |
|
|||
S2 |
- |
- |
- |
|
|||
Lainnya |
- |
- |
- |
|
|||
Perekonomian:
Perekonomian Desa Gunung Malang secara umum bergantung pada pertanian tetapi ada usaha ekonomi lainnya dengan membuka kios dan lainnya seperti berikut.
Sarana pendukung Ekonomi:
Uraian |
Jumlah |
Pasar Umum |
- |
Kios/Warung |
101 unit |
Warung Makan |
5 Unit |
Koperasi |
1 Unit |
Industri Kerajina |
3 Unit |
Lembaga Keuangan Non Bank |
1 Unit |
Kelompok Simpan Pinjam |
9 Unit |
Koperasi Simpan Pinjam |
1 Unit |
Bumdes |
1 Unit |
Kendaraan umum yang masuk ke wilayah tersebut |
- |
Kondisi perekonomian masyarakat
Uraian |
Jumlah (KK) |
Mobil Pribadi |
- |
Motor Pribadi |
- |
Rumah permanen |
- |
Rumah non permanen |
- |
Pengguna listrik PLN |
1.125 |
Pengguna listrik non PLN |
- |
Diesel Umum |
3 |
Pelita |
- |
Genset Pribadi |
10 |
Jumlah KK yang rawan pangan |
- |
Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Gunung Malang adalah sebagai berikut:
No |
Uraian |
Jumlah |
1 |
Rumah sakit |
- |
|
Posyandu |
7 |
|
Polindes |
1 |
|
Rumah Bersalin |
1 |
2 |
Tenaga Kesehatan |
|
|
Dukun pengobatan alternatif |
2 |
|
Perawat |
5 |
|
dukun bersalin terlatih |
2 |
Penggunaan alat KB:
No |
Jenis alat KB |
Jumlah |
1 |
IUD |
34 |
2 |
Kondom |
26 |
3 |
PIL |
75 |
4 |
MOP |
34 |
5 |
MOW |
12 |
6 |
Suntikan |
681 |
7 |
Implan |
153 |
Akses air bersih
No |
Jenis Sumber Air Bersih |
Jumlah (Unit) |
Pemanfaat (KK) |
1 |
Bak penampung air hujan |
1 |
20 |
2 |
Depot isi ulang |
0 |
0 |
3 |
Mata Air |
1 |
377 |
4 |
Sumur gali |
678 |
1.375 |
5 |
Beli dari tangki swasta |
0 |
0 |
6 |
Hidran umum |
1 |
67 |
7 |
PAM |
1 |
327 |
8 |
Sumur pompa |
18 |
635 |
Sanitasi
No |
Jenis |
Jumlah |
1 |
Jamban Keluarga |
462 Kk |
2 |
MCK Umum |
4 Rumah |
3 |
Sumur Resapan Air Rumah Tangga |
|
4 |
Leher Angsa |
- |
5 |
Plengsengan |
- |
6 |
Cemplung |
- |
7 |
Lainya |
- |
Komoditi Pertanian
Potensi tanaman semusim di Gunung Malang adalah sebagai berikut :
No |
Uraian |
Luas (Ha) |
Produksi (Ton) |
1 |
Ubi kayu |
11,50 |
143,75 |
2 |
Ubi jalar |
2,50 |
27,50 |
3 |
Tomat |
11,00 |
110,00 |
4 |
Terong |
5,00 |
12,50 |
5 |
Padi ladang |
169,00 |
733,29 |
6 |
Mentimun |
3,00 |
12,60 |
7 |
Kacang tanah |
5,30 |
9,76 |
8 |
Kacang panjang |
14,00 |
32,20 |
9 |
Kacang kedelai |
6,50 |
7,34 |
10 |
Kacang Hijau |
340,00 |
442,00 |
11 |
Jagung |
720,00 |
5.400,00 |
12 |
Cabe |
47,50 |
85,50 |
13 |
Bawang Merah |
4,50 |
14,85 |
14 |
Umbi-umbian lain |
2,00 |
3,00 |
Potensi Komoditi Perkebunan dan Hutan di Desa Gunung Malang adalah sebagai berikut: |
|||
Aspek Indikator |
Jumlah produksi |
||
Jenis Tanaman Perkebunan |
Coklat
|
Belum produksi |
- |
Sudah produksi |
- |
||
Cengkeh
|
Belum produksi |
- |
|
Sudah produksi |
- |
||
Tembakau
|
Belum produksi |
- |
|
Sudah produksi |
- |
||
Kopi
|
Belum produksi |
- |
|
Sudah produksi |
- |
||
Luas Hutan Desa |
......................... |
||
Rata-rata kepemilikan lahan |
........................ |
Ternak
Jumlah Ternak didesa Gunung Malang:
No |
Jenis |
Jumlah |
Hasil Produksi |
1 |
Sapi potong |
- |
- |
2 |
Kambing/Domba |
- |
- |
3 |
Air liur burung walet |
- |
21,00 |
4 |
Telur |
- |
3.700,00 |
Program mitra yang ada di Desa
No |
Uraian |
Jenis Program |
1 |
LPSDM |
Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (API-PRB) |
2 |
|
|
3 |
|
|
BAB III
METODOLOGI DAN PROSES KAJIAN DRA
Kajian ini menggunakan beberapa teknik dan metode, antara lain Bagan Alur Sejarah Bencana, Bagan Peringkat Bencana, Kalender Musim, Pemetaan Lokasi Bencana, Penelusuran Wilayah Lokasi Bencana, dan Analisis Risiko Bencana.
Bagan alur sejarah digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di Desa Gunung Malang selama kurun waktu yang masih bisa diingat oleh masyarakat. Untuk mengetahui tingkat urgensi dari bencana-bencana yang pernah terjadi, dibuat bagan peringkat dengan menggunakan parameter frekuensi kejadian, jumlah korban, kecenderungan akan terjadi lagi, luasan dampak, dan nilai kerugian.
Kalender musim digunakan untuk mengidentifikasi kembali pola distribusi curah hujan, kecepatan angin, dan suhu udara; serta menarik hubungan antara komponen-komponen iklim tersebut dengan tingkat keberhasilan pengembangan tanaman yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gunung Malang.
Pemetaan wilayah bencana dilakukan untuk memetakan lokasi-lokasi kejadian bencana yang pernah terjadi. Hasil pemetaan ditindaklanjuti dengan penelusuran wilayah (transek) untuk menggali informasi lebih mendalam tentang bencana yang pernah terjadi di lokasi tersebut.
Berdasarkan jenis-jenis bencana yang teridentifikasi, dengan mempertimbangkan waktu yang ada dan jumlah peserta yang terlibat dalam kajian, diambil 3 jenis bencana untuk diperdalam melalui Analisis Risiko Bencana. Analisis risiko bencana menggunakan 3 faktor, yaitu Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas. Masing-masing faktor dijabarkan ke beberapa aspek. Setiap aspek dianalisis dengan menggunakan beberapa parameter yang dikembangkan bersama masyarakat. Penilaian terhadap parameter-parameter yang disepakati menggunakan sistem skoring dari 1 sampai 3, dimana 1 bermakna kategori rendah, 2 untuk kategori sedang, dan 3 untuk kategori tinggi. Hasil penilaian dari setiap parameter kemudian dicari nilai rata-rata secara bertingkat mulai dari rata-rata pada tingkatan aspek dan akhirnya rata-rata pada tingkat faktor.
Untuk masing-masing jenis bencana, berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada masing-masing faktor, dihitung Tingkat Risiko Bencana dengan rumus sebagai berikut:
Ancaman X Kerentanan
Tingkat Risiko Bencana = ---------------------------------
Kapasitas
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, Tingkat Risiko Bencana dibagi menjadi 3 kategori:
Skor Tingkat Risiko Bencana
1 s/d < 3 Rendah
3 s/d < 6 Sedang
6 s/d 9 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis risiko masing-masing jenis bencana, kemudian dikembangkan gagasan-gagasan yang bisa dibuat di tingkat masyarakat. Gagasan-gagasan tersebut kemudian dikembangkan menjadi rencana aksi di tingkat masyarakat.
BAB IV
HASIL KAJIAN DAN ANALISA TINGKAT RISIKO BENCANA
Jenis Bencana Dan Pemeringkatan
Berdasarkan alur sejarah, teridentifikasi 4 jenis bencana penting yang pernah terjadi di Desa Gunung Malang. Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya bencana tersebut mulai dari tingkat kepentingan tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut :
- Banjir
- Abrasi
- Kekeringan
- Wabah Penyakit Malaria
Tingkat Risiko Bencana
Berdasarkan hasil analisis risiko bencana terhadap 3 jenis bencana yang telah dilakukan, tingkat risiko masing-masing bencana adalah sebagai berikut.
Jenis Bencana Skor Tergolong
- Banjir 5,34 Sedang cendrung tinggi
- Kekeringan 3,64 Sedang
- Abrasi 8,01 Tinggi
Analisis Masing-Masing Jenis Bencana
- Banjir
- Ancaman
Tingkat ancaman banjir di Desa Gunung Malang tergolong Tinggi (skor rata-rata 2,77).
Banjir terjadi setiap tahun pada musim hujan terutama pada bulan Desember hingga bulan Pebruari dengan Intensitas sedang hingga tinggi dengan luasan dampak menggenangi permukiman waga hingga 900 KK, jalan raya, mencemari air bersih, merusaak jalan usaha tani dll. sementara banjir bangang terjadi pada tahun 2006, 2012, 2014,2017.
- Faktor penyebab banjir yang terjadi di Desa Gunung Malang antara lain:
- Ada perusahaan yang menutup sebahagian kali dibagian hulu
- Sudah terjadi pendangkalan sungai sebagai akibat dari kiriman sedimentasi dari hulu dan pembuangan sampah oleh masyarakat.
- Ilegal loging masih sering terjadi, akibatnya hutan banyak yg gundul sedangkan masyarakat tidak melakukan reboisasi .
- Intensitas hujan pada bulan Jnuari-februari yang cukup tinggi
- Masyarakat masih membuang sampah pada kali dan saluran drainase
- Dampak dan luasan dampak
- Permukiman warga tergenang hingga 900 KK
- Jalan raya tergenang hingga 6 Km
- Jalan usaha tani tdak bisa dilalui/ rusak hingga 6 Km
- Kerugian akibat Banjir diperkirakan sebesar Rp.500.000,- dengan perincian :
- Jembatan/gorong-gorong rusak sebanyak 2 unit = 2 x Rp. 50.000.000 = Rp 100.000.000
- Rumah tergenang milik 900 KK dengan rata-rata kerugian x Rp 1.000.000 /KK = Rp 9.0.000.00,-
- Jalan raya tergenang hingga 3 hari yang mengakibatkan masyarakat tidak bisa beraktifitas sehingga mengakibatkan kerugian bagi 100 KK = 100 KK x 3 hari x Rp. 15.000 = Rp. 4.500.000,-
- Kerentanan
Tingkat kerentanan Desa Gunung Malang terhadap banjir tergolong Tinggi (skor rata-rata 2,50).
Beberapa factor penyebab kerentanan masyarakat adalah :
- Kondisi Sungai kurang lebar dan sudah mengalami pendangkalan.
- Hutan sudah gundul akibat penebangan liar
- Masyarakat masih membuang sampah sembarangan termasuk dikali
- Saluran drainase masih terbatas
- Kemampuan masyaraakat dalam menangani banjir masih kurang
- Kesadaran masyarakat dalam bergotongroyong sangat kurang
- Belum ada kelompok masyarakat dalam menangani banjir
- Kondisi tanah Tanah poros
- Penambangan galian C disungai
- Bila terjadi banjir masyarakat tidak bisa bekerja
- Bila banjir masyarakat tergantung pada bantuan pihak luar
- Lahan hutan/kebun cukup luas dan perlu direboisasi
- Ada potensi galian C tapi belum dikelola dengan baik
- Ada Bumdes tapi modal masih terbatas
- Kelompok Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) baru terbentuk belum mendapat pelatihan dan belum berperan aktif.
- Kapasitas
Tingkat kapasitas Desa Gunung Malang menghadapi bencana banjir tergolong Rendah (skor rata-rata 1,33).
Beberapa factor penyebab rendahnya kapasitas masyarakat adalah :
- Masyarakat masih mengambil kayu di hutan untuk kebutuhan
- Masyarakat tidak mampu melakukan normalisasi sungai secara swadaya
- Masyarakat belum mampu memperbaiki saluran drainase/iriga
- Masyarakat belum mampu membuat TPS/TPA
- Masyarakat masih buang sampah sembarangan
- Gotongroyong membersihkan lingkungan sudah kurang
- Kemampuan masyarakat menangani banjir masih kurang
- Belum ada kelompok masyarakat dalam penanggulangan banjir
- Ada potensi galian C tapi belum dikelola dengan baik
- Mata pencaharian masyarakat hanya bertani dan nelayan
- Ada Bumdes tapi modal masih terbatas
- Tidak ada sumber modal yang tetap
- Upaya-Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat
- Sudah ada kelompok Tim Ssiaga Bencana (TSB) yang anggotanya 35 orang tapi belum mendapatkan pelatihan-pelatihan.
- Melakukan gotong royong membersihkan pekarangan, saluran irigasi, perbaikan rumah yang rusak karena banjir
- Koordinasi dengan Pemerintah desa
- Gagasan untuk didiskusikan oleh Masyarakat
- Penguatan KMPB/TSB
- Penyususn Protap /Perdes
- Pengintegrasian rencana aksi ke RPJMdes
- Normalisasi Sungai
- Rehabilitasi Drainase
- Penanaman Pohon
- Catatan Penting dari Bencana Banjir
- Secara geografis, Desa Gunung Malang dilewati oleh beberapa sungai. Hulu dari sungai merupakan daerah tangkapan air pada musim hujan. Pada saat terjadi hujan lebat, air hujan akan terkumpul hulu dan mengalir deras ke arah hilir dimana permukiman penduduk berada.
- Pada musim hujan terutama pada bulan Deseber-Februari biasanya, aliran air di sungai tersebut sangat besar sehingga mengakibatkan banjir.
- Banjir yang terjadi setiap tahun telah mengakibatkan terendamnya permukiman warga, kerusakan jalan dan kebun serta lahan pertanian lainnya.
- Banjir yang terjadi setiap tahun membawa serta batuan, tanah, pasir, dan material lain yang dibawa dari daerah hulu sehingga mengakibatkan pendngkalan pada sungai akibat sedimentasi yang sangat tinggi.
- Tingginya aliran material yang terbawa oleh banjir terjadi karena tingkat vegetasi di daerah hulu sangat rendah. Bahkan di daerah perbukitan yang ada di daerah hulu terjadi kebakaran ladang setiap tahun sehingga tidak memungkinkan bagi pohon-pohon yang baru tumbuh dan berkembang.
- Sedimentasi yang terjadi di daerah pesisir telah menutup aliran banjir untuk sampai ke laut. Akibatnya, pada saat terjadi banjir, aliran air terpecah dan menyebar sehingga menggenangi permukiman warga dan merusak tanaman yang ada di dalamnya.
- Belum ada upaya yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk meningkatkan resapan air di daerah hulu dan mengendalikan aliran banjir di daerah hilir agar banjir bisa langsung ke laut sehingga tidak menimbulkan kerusakan areal pertanian. Misalnya dengan cara melakukan pengerukan dasar sungai sampai tembus ke laut.
- Kekeringan
- Ancaman
Tingkat ancaman kekeringan di Desa Gunung Malang tergolong Tinggi (skor rata-rata 2,14).
Kekerinagan terjadi setiap tahun dari bulan Juni-Nopember sehingga pada bulan tersebut lahan ladang tidak bisa di tanami, kecuali di sebagian kecil sawah, dibagian hilir itupun harus dibantu dengan membeli air dari sumur Bor yang ada.
Beberapa faktor utama penyebab terjadi kekeringan di Desa Gunung Malang antara lain :
- Musim Panas yang cukup panjang antara 6-7 bulan setiap tahunnya
- Penebangan pohon secara illegal oleh masyarakat untuk bahan bangunan ataupun dijual untuk memenuhi kebutuhan seharihari
- Ada sumber mata air tapi tidak bisa dimanfaatkan (Jauh, tanahnya poros)
- Ada sumur bor 18 buah hanya apat mengairi lahan 20 Ha
- Tidak ada mata air sebagai sumber pengairan/irigasiBelum ada kegiatan Reboisasi swadaya yang dilakukan oleh Masyarakat dengan jumlah yang cukup besar.
- Banyak pohon yang mati sebagai akibat dari pembakaran lahan pada saat melakukan persiapan lahan.
- Hutan sudah banyak yang gundul
- Dampak dan luasan dampak dari kekeringan di Desa Gunung Malang :
- Gagal panen pada jambu mete
- Air sumur menyusut bahkan ada yang mengering
- Debu yang dapat merusak sayuran dan buah-buahan
- Timbulnya penyakit Ispa
- Kekurangan air minum
- Kerugian : Total Kerugian Yang diakibatkan oleh kekeringan ditaksir sekitar : Rp 551.000.000,- dengan perincian :
- Gagal panen jagung pada 2.200 Ha x Rp. 8.000.000 = Rp. 396.000.000,-
- Jumlah KK yang membeli air adalah 700 KK x Rp 250.000,- = Rp 175.000.000,-
- Penurunan hasil panen jambu mete pada lahan sekitar 4 Ha = 4 ha x 2 ton x Rp. 10.000.000 = Rp. 80.000.000,-
- Kerentanan
Rata-rata tingkat kerentanan Desa Gunung Malang terhadap kekeringan tergolong Tinggi (skor 2,2).
- Beberapa faktor yang mengakibatkan Desa Gunung Malang sangat rentan terhadap kekeringan antara lain :
- Tidak ada jebakan air yang dibuat masyarakat di hulu
- Areal pertanian merupakan areal tadah hujan
- Sarana air bersih belum mencukupi
- Masyarakat masih menebang hutan secara ilegal
- Kesadaran masyarakat dalam menanam pohon masih kurang
- Belum ada peraturan desa yang mengatur tentang kekeringan
- Ada sumber mata air tapi belum dikelola (tidak ada dana)
- Ada sumber air tanah tapi tidak ada biaya pengeboran (masih kurang)
- Pengelolaan PAMDes masih belum dilaksanakan dengan baik
- Biaya pengolahan ladang dan saprotan tinggi
- Masyarakat belum mampu mengadakan sumur bor secara swadaya, masih mengharpkan dukungan pihak luar/pemerintah
- Tidak ada ketersediaan dana bagi masyarakat utk penganggulangan bencana kekeringan
- Struktur tanah lahan pertanian yang sangat berpasir dan poros sehingga tidak bisa menahan air,
- Banyak pohon yang mati sebagai akibat dari pembakaran lahan pada saat melakukan persiapan lahan.
- Sedangkan faktor-faktor yang berperan mengurangi kerentanan masyarakat terhadap kekeringan antara lain adanya sumber-sumber pendapatan alternatif, antara lain melaut, kerja keluar daerah.
- Kapasitas
Rata-rata tingkat Kapasitas atau Kemampuan Desa Gunung Malang menghadapi kekeringan tergolong Rendah (skor 1,66).
Beberapa factor penyebab rendahnya kapasitas masyarakat adalah:
- Walaupun ancaman kekeringan berulang setiap tahun, belum ada upaya-upaya yang signifikan dilakukan oleh masyarakat untuk mengantisipasi kekeringan di masa-masa yang akan datang.
- Masyarakat belum mampu membuat jebakan air secara swadaya
- Tingkat swadaya masyarakat dalam membangun sarana irigasi masih sangat kurang
- Sumber air bersih mengandalkan sistim perpipaan tapi belum mencukupi
- Belum ada aksi kolektif masyarakat dalam mengatasi kekeringan
- Tingkat keswadayaan masyarakat dalam mengatasi kekeringan maih kurang
- Sangsi kurang tegas terhadap masyarak yang mengambil kayu secara ilegal
- Lahan hutan / kebun belum dilakukan konservasi
- PAMDes belum bisa menjangkau masyarakat yang dihilir
- Jenis tanaman tahan kering sudah ada tapi belum tersosialisasi dan dimantfaatkan dengan baik
- Pengelolaan Bmdes belum maksimal terutama modal masih kurang
- Lapangan kerja didesa sangat terbatas
- Belum ada PerDes tentang kebencanaan
- Masyarakat belum mampu mengadakan sumur bor secara swadaya
- Belum ada aksi kolektif oleh masyarakat dalam mengatasi kekeringan
- Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh masyarakat
- Pengelolaan PAMDes yang ada masih belum maksimal karena masih terdapat kerusakan-kerusakan dan kebocoran pada pipa yang ada dan sistin administrasi yang belum memenuhi standar
- Semua rumah tangga memiliki tempat penampungan air di rumah dengan menggunakan gentong/bong
- Memilih jenis tanaman yang adaptip terhadam iklim
- Gagasan untuk Didiskusikan oleh Masyarakat
- Rehabilitasi PAMDes
- Penanaman Pohon
- Pengembangan Terasiring & Lahan Kritis
- Pengembangan Kebun Produktif
- Pengembangan Pangan Lokal
- Konservasi Air dan Panen Air Hujan
- Peraktik Adaptasi pola tanam
- Pengelolaan Pasca Panen
- Simulasi Kebencanaan
- Catatan Penting dari Bencana Kekeringan
- Secara geografis, Desa Gunung Malang merupakan daerah yang berada dipesisir timur pulau Lombok yang letaknya dipinggir pantai dan dibagian belakang desa terdapat gugusan gunung rinjani dan Hutan yang sudah memprihatinkan.
- Curah hujan di desa Gunung Malang tergolong rendah per tahunnya. Curah hujan yang rendah ini telah mengakibatkan 2 hal penting. Pertama, tanaman-tanaman yang dikembangkan di ladang Desa Gunung Malang mengalami kekurangan air selama masa pertumbuhannya. Kedua, curah hujan yang memadai jauh terlambat sehingga mengakibatkan keterlambatan musim tanam dan musim panen. Kedua hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan pertanian terutama pertanian ladang sehingga masyarakatlebih banyak beraktifitas di laut sebagai nelayan.
- PAMDes yang diharapkan menjadi sumber air bersih utama kondisinya perlu rehabilitasi terutama pada jaringan perpipaan bagian hulu.
- Pembersihan lahan masih menggunakan sistim tebas bakar disamping itu ditemukan penggunaan herbisida untuk pembersihan lahan sebelum musim tanam dan pada saat menyiang rumput. Masyarakat sendiri mengakui bahwa teknologi tersebut telah diterapkan sudah cukup lama karena bisa menghemat tenaga dan waktu. Namun masyarakat belum menyadari bahaya penggunaan herbisida bagi kesehatan dan lingkungan.
- Abrasi
- Ancaman
Tingkat ancaman Abrasi di Desa Gunung Malang tergolong tinggi (skor rata-rata 2,88).
- Abrasi oleh air laut terjadi terus menerus setiap tahun terutama pada saat air laut pasang dan disertai angin kencang dengan gelombang laut yang cuckup besar.
- Abrasi disebabkan oleh:
- Belum ada Tanggul penahan ombak yang dibangun dengan Tekhnis yang Permanen dan berkwalitas,
- Tidak ada tanaman mangrove dan sejenisnya disekitarpantai
- Ketinggian Gelombang air laut pada bulan Januari dan Maret setiap tahunnya mencapai 2 meter, terkadang pada saat-saat tertentu bisa lebih tinggi.
- Abrasi air laut ini diperkirakan akan terus terjadi walau dengan intensitas rendah dan berdampak terhadap kerusakan pantai dan lahan pertanian
- Dampak dan luasan dampak dari abrasi di Desa Gunung Malang
- Lahan pertanian/perkebunan masyarakat tergerus oleh abrasi
- Rumah masyarakat ada yang rusak berat hingga 9 KK
- Pepohonan dipinggir pantai banyak yang tumbang
- Air laut masuk ke pantai sehingga menimbulkan genangan yang bisa menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk demam berdarah
- Kerugian yang diakibatkan oleh Abrasi deprtkirakan sekitar Rp 37.567.000,- dengan perincian :
- Lahan tergerus abrasi 2.500 are x Rp. 15.000.000 = Rp. 37.500.000.000
- Rumah rusak berat 9 unit x Rp. 7.500.000 = Rp. 67.500.000,-
- Kerentanan
Tingkat kerentanan Desa Gunung Malang terhadap Abrasi tergolong Tinggi (skor rata-rata 2,78).
Beberapa penyebab rentannya masyarakat adalah:
- Belum ada tanggul penahan ombak
- Tidak ada tanaman mangrove sebagai penahan ombak
- Masih ada pengembilan trumbu karang oleh masyarakat
- Belum ada kelompok masyarakat untuk penanggulangan abrasi
- Topograpi permukiman landai
- Gelombak/ombak cukup besar
- Lahan perkebunan masyarakat berbatasan langsung dengan pantai
- Pendapana masyrakat berkurang karena lahan tergerus akibat abrasi
- Masyarakat mengandalkan sektor kelautan sebagai pencaharian pokok
- Pesisir pantai belum dikelola dengan baik dan bisa sebagai obyek wisata
- Kapasitas
- Tingkat kapasitas masyarakat dalam menghadapi abrasi tergolong Rendah (skor rata-rata 1).
- Ada gotong royong membuat tanggul penahan ombak dengan pasir diisi kedalam karung, tetapi tidak kuat.
- Sebagian masyarakat sudah mampu mengembangkan sumber pendapatan baru selain pertanian seperti nelayan, industri rumah tangga.
- Masyarakat belum mampu menanam mangrup dipesisir pantai secara swadaya
- Masyarakat belum mampu membuat tanggul penahan ombak secara swadya
- Perkebunan/sawah berbatasan langsung dengan pantai yang kondisinya landai
- Masyarakat kurang menyadari bahayanya mengambil trumbu karang di laut
- Masyarakat belum mampu mengatasi abrasi secara swadaya
- Upaya-Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat
- Ada gotong royong membuat tanggul penahan ombak dengan pasir diisi kedalam karung,tetapi tidak kuat.
- Pemagaran lahan pertanian dengan pagar hidup seperti pohon waru
- Gotong royong memperbaiki rumah warga yang rusak
Selengkapnya ada pada link di bawah :